Pukul 14.00 WIB, di Hari Senin tanggal 18 Agustus 2014, di dalam tunnel yang menghubungkan kampus dengan sarana olahraga ganesha telah nampak wajah – wajah mahasiswa asing. Tak sedikit dari mereka bermata sipit ala oriental yang lucu dan ceria. Beberapa dari mereka pun telah menggunakan baju olahraga. Berbaur bersama mereka orang – orang berseragam hitam dengan tali putih di dadanya. Tak lain dan tak bukan mereka adalah para pasukan semut hitam ITB telah siap berlatih silat bersama saudara – saudari dari luar negeri.
AOTULE? mungkin beberapa dari kita merasa bingung, belum pernah mendengar istilah singkatan seperti itu. AOTULE itu sendiri adalah Asia-Oceania Top Universities League on Engineering,sebuah kegiatan cultural summer school yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman budaya kepada peserta yang berasal dari universitas-universitas terkemuka. Tahun ini ITB berkesempatan menjadi tua rumah AOTULE 2014 yang akan diikuti oleh 40 orang peserta. Salah satu mata acara rangkaian kegiatan summer school ini adalah belajar kebudayaan seni tari, musik dan bela diri khas Indonesia dari unit-unit kegiatan mahasiswa yang ada di ITB. Luar biasanya, PSHT ITB diberikann kesempatan untuk turut memperkenalkan pencak silat kepada tamu – tamu ITB dari universitas – universitas mancanegara.
Latihan pun dimulai dengan demonstrasi dan presentasi terlebih dahulu untuk mengenalkan pencak silat, selain itu tentunya untuk memulai menarik minat para mahasiswa asing ini terhadap pencak silat. Latihan pun dibuka dengan pemanasan dan pelemasan ringan ala PSHT ITB. Tak sedikit dari mahasiswa asing ini terlihat kesulitan ketika melakukan pelemasan dengan posisi yang sulit seperti mengangkat kaki di atas kepala. Namun, lebih dari itu mereka semua terlihat sangat senang dan antusias mengikuti acara ini.

Peragaan langkah dan pasangan silat adalah hal pertama yang mesti dikuasai oleh peserta latihan, latihan pun diawali dengan hal ini. Langkah delapan penjuru dan kuda – kuda depan adalah makanan ringan bagi mereka hingga akhirnya bisa bergerak dengan indah nan gemulai. Latihan selanjutnya adalah tendangan dan bantingan, lalu diakhiri oleh salah satu latihan kuncian ala PSHT. Di akhir latihan, mereka terlihat sangat berkeringat karena panas dan serunya latihan silat yang telah dilaksanakan. Yuta, seorang mahasiswa dari Jepang pun memberikan kesannya, “Latihan ini terasa sangat sulit karena saya sendiri sangat jarang berolahraga, namun di luar itu saya sangat menikmati latihan hari ini karena sangat menyenangkan dan mudah dilakukan.”
Di akhir acara, disempatkanlah foto bersama para mahasiswa asing dengan berpose alat pesilat. Semoga acara ini bisa memberikan kebanggaan bagi kita sebagai rakyat Indonesia dengan kehebatan pencak silatnya. Dengan kebanggaan itu, muncullah semangat untuk bersama menguatkan pencak silat sebagai olahraga yang harus terus dikembangkan dan dijaga kelestariannya.
Bule aja belajar silat, masa kamu nggak?